10 Desember 2008

Kurang doa

Banyak yang gagal dalam mencapai hajat lewat jalan riyadhah/ibadah, entah itu lewat shalat hajat, shalat tahajjud, shalat dhuha, atau sedekah dan doa. Kegagalan itu di antara nya karena kurang doa. Dia dorong hajatnya lewat jalan-jalan ibadah, tapi kemudian ditinggal. Harusnya, didoakan terus menerus tanpa lelah, dan istiqamah. Rasul saja "perlu menunggu" hingga 18 bulan baru salah satu doanya dikabul. Yaitu doa agar kiblat kaum muslimin kembali ke Mekkah, bukan ke Palestin. Waktu doa dikabul, posisi Rasul ada di Masjid yang kemudian dikenal dengan nama Masjid Qiblatain, masjid 2 kiblat. 
Percaya, dan yakini, bhw Allah pasti akan mengabulkan hajat. Terus berdoa, menyuburkan amal-amal pendorong doa itu sendiri yang sudah ditos-tosin oleh para jamaah yang meyakini fadhilah satu amal. Saya sering bilang, dosisnya minimal 12x. Yaitu 5x di setiap habis sjalat wajib. 1x ba'da dhuha. 1x ba'da tahajjud. Dan 5x di antara azan dan iqomah. Syukur-syukur bisa ditambah misalnya dengan shalat hajat dan tasbih, dan bacaan-bacaan al Qur'an. 
Malah, kalo saudara merasa saudara sudah tidak punya limit lagi, maka genjot betulan doanya. Saya pun demikian. Hingga kadang di tengah-tengah nyetir, saya teringat hajat saya, maka saya bacakan surah al faatihah, sambil berdoa sebisanya. Ketika saya ingat satu dua jamaah, maka saya juga doakan tanpa mengenal waktu dan tempat. Doa, menembus batas. 
Maka bagi saudara-saudara yang sudah saya lihat begitu rela berkorban hartanya, marilah terus menerus berdoa. Hingga kita taroh sedekah kita sebagai amal awal saja. Insya Allah, terkabul. 


Tidak ada komentar: